Habib Salim Asy-Syathiri Meninggal



Habib Salim Asy-Syathiri Yaman Tutup Usia. Innalillahi wainna ilaihi raji’un telah meninggal dunia seorang ulama besar yang bergelar ‘Sulthanul Ulama’ al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri, Pengasuh Rubath Tarim, Hadhramaut, Yaman, hari ini Sabtu 17 Februari 2018.

Habib Salim bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri dilahirkan di Kota Tarim, Hadhramaut pada tahun 1359 H. Ayahanda beliau, Habib Abdullah adalah pendiri Rubath Tarim yang telah melahirkan ribuan ulama dan santri dari segenap pelosok dunia Islam. Beliau terkenal sebagai seorang ulama yang saleh. Ibunda Habib Salim, Syarifah Ruqayyah binti Muhammad bin Hasan Maula Aidid, adalah seorang wanita yang salehah yang gemar beruzlah untuk beribadah kepada Allah.

Saat usia beliau 3 tahun, Habib Salim menjadi yatim dengan kepergian ayahanda beliau ke rahmatullah. Namun asuhan dan didikan agamanya tidak pernah terabaikan, belum pun genap usia beliau 11 tahun, beliau sudah hafal al-Quran. Beliau telah menimba berbagai ilmu pengetahuan dari sekitar 80 orang ulama besar Hadhramaut dan Haramain. Diantara guru beliau adalah Habib Muhammad al-Mahdi, Habib Abubakar, Habib Hasan bin Abdullah asy-Syathiri, Habib Alwi bin Syihabuddin, Habib Ja’far bin Ahmad Alaydrus, Habib Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani, Syaikh Hasan bin Muhammad Masyath, Syaikh Abdullah Said al-Lahji asy-Syafi’i, Habib Hasan bin Muhammad Fad’aq dan Syaikh Hasan bin Said.

Sekembalinya ke Yaman, beliau telah menggunakan waktunya untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu. Beliau pernah tinggal 15 tahun di Kota Aden dan menjadi guru dan khatib di Masjid Habib Abubakar al-‘Adni bin Abdullah Alaydrus. Pada tahun 1403 H, atas permintaan Habib Zain bin Ibrahim Bin Smith dan Habib Muhammad al-Haddar, beliau bermukim di Kota Madinah dan mengasuh Rubath al-Jufri.

Banyak santri yang mengambil manfaat dari kedalaman ilmunya. Beliau dikenal memiliki keikhlasan yang tinggi, akhlak yang mulia serta senantiasa menjaga sunnah-sunnah Junjungan Nabi Saw. Dakwah dan menyebarkan ilmu tidak menghalangi dirinya untuk memperbanyak ibadah-ibadah khususiyah seperti salat-salat sunnah. Setiap Ramadhan, beliau memperbanyak salat malamnya hingga 100 rakaat setiap malam.

Habib Salim asy-Syathiri mengabdikan dirinya untuk mengasuh Rubath Tarim yang mempunyai sekitar 500 orang santri dari berbagai negara. Selain itu beliau juga melakukan rihlah dakwah ke berbagai pelosok dunia Islam. Dan sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Innalillahi, Yaman berduka, Dunia menangis, kita semua berbela sungkawa karena Pengasuh Rubath Tarim itu kini telah berpulang ke rahmatullah, Sabtu 17 Februari 2018. Lahu al-Fatihah…

Habib Abdullah bin Shahab Wafat


Umat Islam sepertinya sedang diuji. Baru dua hari yang lalu kabar duka datang dari Hadramaut, bahwa Habib Al aydarus bin Sumayt syahid di tembak oleh tamunya, dan wafat di atas sajadah ketika akan melaksanakan sholat. Beberapa jam yang lalu menyusul datang lagi kabar duka yang mengabarkan bahwa Habib Abdullah bin Shahab – yang dijuluki Sang “Ainu Tariem” atau Matanya Kota Tarim al Ghanna, meninggal dunia.
Ucapan bela sungkawa pun datang dari berbagai penjuru dunia. Ismail Fajrie Alatas, seorang santri yang pernah bertemu dengan beliau, dalam cuitannya di Twiter mengatakan bahwa, “Pernah sekali waktu, beliau bilang pada saya bahwa beliau sangat ingin mengunjungi bilad jawa (Indonesia). Buyut beliau, Habib Abdullah b. Aydarus bin Shihab, dikubur di Palembang. Beliau adalah salah satu ulama mashur kesultanan Palembang.”
Fajrie melanjutkan dalam cuitan selanjutnya, “Namun, Habib Abdallah hanya pernah meninggalkan Hadramaut 1/2 kali, itupun untuk pergi Haji. Selebihnya beliau tidak pernah meninggalkan Hadramaut. Kata orang, beliau hanya pergi jika ada isyarat. Maka beliau tidak sempat mengunjungi Indonesia yang beliau rindukan.”
Di kalangan para ulama dan habaib, nama Habib Abdullah bin Shahab tentu sudah tidak asing lagi. Tapi bagi sebagian kalangan yang awam, mungkin nama beliau tidak terlalu akrab. Untuk itu, berikut ini kami paparkan sedikit gambarkan jejak kehidupan mulia beliau:
Beliau seorang yang sangat alim, berwibawa dan tawadhu. Beliau termasuk A’yanil bilad Tariem (Tokoh-tokoh Habaib Tarim). Dan Beliau juga lah yang sering dijuluki Sang “Ainu Tariem” – Matanya Kota Tarim al Ghanna.
Usia Beliau sekitar 70-an. Beliau adalah putra dari Al-Allamah Habib Muhammad, dan cucu dari Al-Allamah Habib Alwi bin Abdullah bin Shahabuddin. Beliau dipercaya telah mencapai maqam atau tingkatan yang sangat tinggi sebagai seorang sufi. Seperti juga ayah, kakek, serta kakek buyutnya, beliau termasuk orang yang dekat dan begitu cinta kepada Rasulullah saw. Sehingga tak ada tindakan-tindakannya yang tidak mengacu pada perilaku Nabi saw. Beliau sering diundang ke Indonesia, melalui para ulama dan habaib, dan jawaban Beliau selalu;”Saya menunggu perintah saja!’. (Maksud dari perkataan Beliau ialah menunggu perintah dari Rasulullah Saw secara langsung), karena beliau sering berdialog dengan baginda Rasul Saw.
Beliau biasanya didatangi para Ulama yang hendak bepergian berdakwah ke luar negeri untuk minta izin, berpamitan dan memohon doa’ restu. Tak kurang, Habib Umar bin Hafidz, pemimpin Darul Mustafa, Tarim, yang mencetak Ulama-ulama muda di berbagai negeri, tak bisa tidak, selalu mencium tangan Habib Abdullah sebelum keliling mengunjungi anak muridnya. Jangan harap guru besar ini beranjak sebelum mendapat anggukan kepala Habib Abdullah.
Para ulama dan peziarah, khususnya dari Indonesia, juga belum merasa mantap keliling Hadramaut sebelum mendengarkan kalam dan doa’ Habib Abdullah. Setidaknya mencoba menikmati senyum sang habib dan menerima suguhan teh atau kopi dari rumahnya yang dianggap penuh berkah. Habib Umar bin Hafidz tak mau menyentuh gelas kopi yang disuguhkan; ia hanya mau minum dari sisa minuman di gelas habib yang sangat dimuliakannya itu.
Sedikit cerita mengenai ahli Tarim yang selalu menandakan akhlak dan ukhuwah dalam setiap apa pun yang dilakukan oleh mereka. Dimana ketika dijumpai di suatu majelis yang dihadiri oleh habaib Tarim seperti Al Habib Abdullah bin Shahab (Ainu Tariem), Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri, Al Habib Masyhur bin Hafidz, Al Habib Umar bin Hafidz dan yang lainnya, kesemuanya merupakan permata nan indah dari Kota Tarim. Yang kemudian ketika waktu memberikan tausiyah, maka Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Masyhur bin Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Umar bin Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, begitu seterusnya. Beliau begitu dicintai, dihormati, disayangi, dan dikagumi.
Habib Abdullah tidak melewatkan undangan siapa saja, terutama majlis ilmu, tanpa alasan yang jelas. Apabila beliau hadir, suasana majlis menjadi tampak agung, karena jemaah mendekat, merapat, takut kehilangan bahkan sepatah-dua patah kalam beliau yang sangat berharga, dan mengamini doa-doanya yang dipercaya makbul.
Habib Umar bin Hafidz yang dikenal sebagai jago pidato, akan menyerahkan semua waktunya kepada Habib Abdullah. Beliau diibaratkan Sang Matahari tunggal di dalam suatu majlis.
Demikianlah secuil penggambaran tentang sultannya para ulama ini. Mengutip cuitan akhir Islamil Fajrie Alatas, “Beliaulah yang selalu disebut sebagai mata dan jantung kota Tarim, kota seribu wali dan ulama. Hari ini Tarim kehilangan jantungnya … Inna lillahi wa inna ilayhi raji’un.”

Hakikat Ketakwaan

Kajian Kitab Miftahus Sarair - Kalam Syekh Abu Bakar bin Salim
Oleh: Al Habib Syekh bin Musthofa Ba'abud
Tidaklah engkau menggapai sesuatu yang hakikat kecuali dengan meninggalkan sesuatu penghalang-penghalang dunia atau lain sebagainya.
Beberapa Ulama menggolongkan beberapa hal ini dengan seperti seseorang yang ingin mendapatkan mutiara (hakikat) di lautan. Maka tentu menggunakan perahu. Dan perahu itulah tunggangan yang mengantarkan dia ke tengah laut. Perahu itulah syariat seperti sholat, puasa dan hukum-hukam islam yang dhohir.
Tidaklah seseorang mendapatkan hakikat dari sesuatu hal. Dalam hal itu pasti ada syariat dan hakikat. Contohnya Sholat. Syariatnya adalah membaca ini dan itu, dan hakikatnya adalah penyambung dari hamba dan Allah. Ketika seseorang bersujud syariatnya adalah meletakan kedua tanganya kedua lututnya kedua jari kakinya dan batuk dan juga hidungnya. Itulah syariat yang termasuk syarat sah sujud. Akan tetapi hakikat sujid bukanlah itu. Hakikat sujud adalah merendahkan hamba kepada Tuhannya.
Jika seseorang mengandalkan syariat tanpa hakikat yang ditempuh maka dia tentu jauh dari tujuan. Seperti orang tadi dia naik perahu untuk mendapatkan mutiara. Dia hanya naik perahu saja tapi tidak diteruskan.untuk apa tujuan naik perahu tersebut?
Tidak akan digapai hakikat-hakikat kecuali meninggalkan sesuatu penghalang / dunia. 
Bukan berati zuhud itu meninggalkan dunia secara sepenuhnya. Akan tetapi tidak ada dalam hatinya rasa keinginan berlebih sehingga dunia itu mengalahkan hak Allah.
Rasulullah sangat mewanti-wanti tentang hubbud dunya. Cinta dunia adalah puncak/pangkal dari semua kesalahan. Adanya pembunuhan, pertikaian, hasud dan sebagainya kalau ditarik benang merahnya ujung ujungnya karena dunia.
Mereka pada ulama menggunakam sesuai yang diajarkan Allah mereka membawa itu dunia tidak sampai pada hatinya tapi pada genggamanya.
Allah mengatakan kepada dunia kalau ada orang yang khidmah kepada engkau maka jadikanlah pembantumu.
Nabiyullah Ibrahim dulu dikatakan memiliki 4000 anjing gunanya untuk menjaga kambing-kambing beliau. Disetiap satu anjing di lehernya terdapat kalung emas. Ada berapa orang bertanya kepada beliau mengapa melakukan seperti itu dan menjawab hakikan dari dunia adalah bangkai. Dan yang mencari dunia adalah para anjing-anjing. Maka aku memberikan aku kalung emas kepada anjing2. Ini sebuah isyarat
Takwa definisi:
(1) Takut kepada Allah
(2) Menerima dari sesuatu yang sedikit
(3) Mengamalkan semua yang diperintah dan menjauhi larangan Allah

Syarat Diterimanya Taubat


Bertaubat dan Segala Persyaratannya Serta Menjauhi Segala Perbuatan Maksiat
Yang pertama kali harus dijalani oleh seorang yang ingin menempuh jalan menuju Allah SWT, hendaknya ia bertaubat kepada Allah SWT dari segala dosa, termasuk juga memohon maaf dari perbuatan dzalim yang pernah ia lakukan kepada manusia, ia harus mengembalikan segala hak orang lain yang ada pada dirinya, kalau tidak dapat maka ia harus mohon dihalalkan baginya, karena untuk sampai ke jalan yang benar harus bersih dari segala urusan dengan manusia.
Syarat sahnya bertaubat adalah mempunyai perasaan menyesal dengan sungguh-sungguh dan mempunyai niat tidak akan mengulangi perbuatan dosanya sepanjang umur. Karena siapapun yang bertaubat dari seluruh dosa, tetapi ia ingin mengulanginya lagi, maka taubatnya tidak akan diterima.
Hendaknya setiap orang yang ingin sampai ke jalan Allah SWT yang benar senantiasa mengakui dan merasa bersalah terhadap Tuhannya, karena ia tidak dapat memenuhi hak-hak Allah SWT dengan sebaiknya.
Jika seorang telah mempunyai perasaan menyesal dan merasa tidak dapat memenuhi hak-hak Allah SWT dengan sebaiknya, maka hendaknya ia mengetahui bahwa Allah SWT telah berfirman dalam satu Hadits Qudsi berikut ini:
أَنَا عِنْدَ ٱلْمُنْكَسِرَۃِ قُلُوْ بُهُمْ مِنْ أَجْلِيْ
Artinya: "Aku senantiasa peduli kepada orang-orang yang butuh kepada-Ku."
Hendaknya setiap orang selalu menjauhkan dirinya dari segala dosa yang kecil, apalagi yang besar sebagaimana ia menjauhkan dirinya dari makanan beracun, hendaknya ia merasa takut kalau ia terkena makanan yang mengandung racun. Karena perbuatan maksiat dapat membutakan hati seorang, bahkan ia lebih bahaya dari racun yang dimakan oleh seorang.
Perlu diketahui bahwa hati adalah suatu yang paling berharga, karena itu setiap mukmin yang ingin menuju ke jalan Allah SWT, hendaknya ia selalu menjaga hatinya tetap bersih. Karena jasad manusia mudah sakit dan akan segera punah.
Jika seorang telah mati, maka badannya akan hancur sedangkan hatinya yang rusak, maka ia akan menghadapi murka Allah SWT. Tetapi seorang yang hatinya bersih dan ia mati dalam keadaan iman, maka ia akan mendapat ridha Allah SWT dan surga-Nya.
ﻭَٱللّٰهُ أَﻋْﻠَﻢُ بِٱﻟﺼَّﻮَٱﺏِ
.
[ Adab Sulukil Murid lil Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad ]

Nasehat Lukman Al Hakim



Kisah Lukman Al Hakim
Oleh: Al Habib Syekh bin Musthofa bin Muhammad bin Thohir Ba'abud
Lukman Al Hakim dipanggil oleh tuannya
"Wahai ghulam kesinilah engkau, sembelihlan kambing dan berikan dua bagiam tubuh kambing yang paling enak menurutmu"
Lalu setelah disembelih Lukman Al Hakim mengambil Hati dan Lidah dan diserahkan lalu Tuannya mengatakan
"Kok ambil ini? Mengapa kamu memilih ini?"
Lalu Lukman Al Hakim menjawab
"Betul ini yang paling enak"
Lalu Lukman Al Hakim diberikan 1 kambing lagi dan diperintahkan untuk memberikan bagian tubuh yang tidak enak. Lalu beliau menyerahkan Hati dan Lidah dan diserahkan kepada tuannya.
"Mengapa sama lagi? Kemarin aku memerintahkan untuk mengambilkan bagian yang paling enak, lalu kamu memberikan hati dan lidah. Mengapa sama ketika aku memerintahkan bagian yang tidak enak. Maksudmu apa?"
Lalu Lukman Al Hakim Menjawab
"Tuan, soalnya Hati dan Lidah kalau menjadi baik dia akan menjadi perantara masuk ke surga. Karena Hati adalah tempat dilihatnya Allah. Lidah bisa untuk mengucapkan sesuatu yang baik, nasihat yang baik.
Tetapi jika Hati dan Lidah itu jelek, maka akan menjerumuskan ke neraka"